SCMPlayer

April 4, 2018

Behind The Scene Investigasi Indonesia dan Segitiga Emas Narkoba


Pada awalnya untuk melakukan tugas kelas investigasi multimedia ini, kami memilih berita investigasi yang berjudul “Alexis dan Bisnis Menggiurkan Surga Hiburan Jakarta ” yang diberitakan oleh media online x.detik.com. Namun setelah kelompok kami mengetahui bahwa sudah ada kelompok lain mengambil kasus ini dan mereka akan melakukan wawancara dengan narasumber yang dituju, akhirnya kelompok kami pun sepakat untuk mencari kasus lain. Pada akhirnya kami sepakat untuk memilih kasus yang berjudul “Indonesia dan Segitiga Emas Narkoba” yang diberitakan oleh media online x.detik.com.
Alasan memilih topik ini yaitu karena menurut kami kasus ini tergolong kasus yang cukup menarik karena kasus narkoba ini dapat membuat wartawan masuk ke dalam penjara, karena kasus ini mempunyai resiko yang cukup besar. Kemudian berdasarkan berita yang telah kami baca di x.detik.com, Indonesia termasuk ke dalam 3 negara yang terlibat dalam transaksi narkoba terbesar di dunia. Oleh karena itu, kami sangat tertarik untuk memilih topik ini sebagai tugas awal dari investigasi multimedia.
Seorang anggota dari kelompok kami berkomunikasi dengan Ratna Puspita selaku wartawan Republika untuk menanyakan apakah beliau memiliki kontak editor ataupun reporter dari DetikX yang melakukan invesigasi tersebut. Alhamdulillah-nya Bu Ratna kenal dengan editor tersebut dan beliau juga yang membantu kami untuk mengatur waktu perjanjian untuk pertemuan wawancara dengan bapak Irwan Nugroho selaku editor untuk artikel tersebut.
Akhirnya kami pun sepakat untuk melakukan wawancara dengan pak Irwan pada hari Senin (26/3) pukul 2 siang di gedung TransTV. Pada hari H saat akan melakukan wawancara, hanya 6 anggota kelompok saja yang dapat pergi melakukan wawancara dengan pak Irwan. Untuk ke lokasi tujuan, kami menggunakan jasa ojek online agar tidak terjebak macet di perjalanan menuju Gedung TransTV.
Sesampainya di tempat tujuan, kami pun melakukan laporan kepada security yang sedang berjaga saat itu agar bisa bertemu dengan pak Irwan. Security pun meminta kami untuk menukarkan kartu identitas yang kami punya dengan kartu visitor. Setelah kami menukarkan kartu identitas dengan kartu visitor sebagai akses untuk masuk, kami pun diminta untuk naik ke kantor Detik yang berada di lantai 8. Saat sampai di lantai 8 kami pun menemui receptionist front desk dan kami diminta untuk menunggu saat receptionist front desk sedang berusaha menghubungi Pak Irwan. Setelah menunggu sekitar 10-15 menit, kami pun diminta untuk menemui Pak Irwan di lantai 9 di balkon sebelah kanan. Kami pun beranjak pergi menuju ke lantai 9 menggunakan lift. Sesampainya di lantai 9 kami pun berjalan menemui security, yang sedang berjaga untuk meminta izin bertemu dengan Pak Irwan, security pun meminta kami untuk menunggu terlebih dahulu karena untuk masuk ke balkon kami harus melewati ruang kerja karyawan Detik yang sedang bekerja pada saat itu. Alasan security menahan kami untuk tidak langsung menuju balkon yaitu agar para karyawan Detik yang sedang bekerja saat itu tidak terganggu oleh kehadiran kami.
Saat menunggu konfirmasi lebih lanjut, kami pun diminta untuk duduk di sofa yang disediakan dekat security. Salah satu anggota kelompok kami mengambil beberapa video dengan objek logo detik dan beberapa objek lainnya sebagai dokumentasi. Setelah menunggu kurang lebih 10 menit, Pak Irwan datang menemui untuk mengajak kami menuju balkon kanan untuk melakukan wawancara.
Saat kami melewati ruang kerja para karyawan Detik yang sedang bekerja, mereka tampak sibuk dan serius dengan pekerjaan mereka masing-masing. Ruangan terasa cukup hening, tidak terdengar apapun kecuali suara mesin print yang sedang digunakan dan suara kecil yang terdengar dari balik mesin yang sedang beroprasi. Para karyawan tampak sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Setelah sampai di balkon kanan Pak Irwan pun mengajak kami untuk duduk. Seperti yang kami duga, bahwa Pak Irwan belum terlihat begitu tua.
Setelah semua anggota kelompok tiba di balkon kanan, kami pun bertemu dan berkenalan dengan pak Irwan selaku editor DetikX. Setelah semua anggota kelompok yang hadir saat itu berkenalan dengan pak Irwan, beliau pun menanyakan kepada kami menggunakan kendaraan apa untuk menuju lokasi ini. Kemudian beliau juga terkejut ternyata yang ingin melakukan wawancara dengannya lumayan banyak. Yang ada dipikirannya saat itu hanyalah akan melakukan sesi wawancara dengan dua atau tiga orang. Perbincangan pembuka dimulai, kamipun berbagi tugas seperti ada yang bertugas mengambil video, audio dan menjadi pewawancara saat itu. Sembari sebagian anggota menyusun letak kamera dan audio, yang bertugas sebagai pewawancarapun mulai mengakrabkan diri dengan Pak Irwan
Kesan pertama kelompok kami ketika bertemu dengan pak Irwan adalah beliau merupakan orang yang sangat baik dan rendah hati. beliau pun meminta kami kami untuk melakukan sharing session mengenai dunia investigasi terlebih dahulu. Pada saat itu beliau tidak ingin pembicaraannya dalam sharing session ini di rekam. Kemudian dalam sesi sharing session tersebut ada pernyataan dari pak Irwan yang menurut kami menarik. Pada saat itu pak Irwan mengatakan bahwa sebenarnya x.detik.com tergolong bukan liputan investigasi, karena pak Irwan mengakui bahwa hasil liputan yang diberitakan di x.detik.com jangka waktunya hanya sekitar 2 mingguan. Karena dikejar oleh tengat waktu, mau tidak mau hasil liputan investigasi yang tidak semua informasi terkumpul sepenuhnya harus dipublikasikan oleh tim DetikX. Hal itu dikarenakan dalam seminggu DetikX harus menaikkan 2 artikel berita lainnya. Dikarenakan waktu itu lah pak Irwan mengatakan bahwa sebenarnya DetikX tergolong lebih ke berita in-depth dan bukan merupakan berita investigasi, karena untuk melakukan suatu investigasi tentu saja membutuhkan waktu yang cukup lama. Pak Irwan juga sudah merencanakan untuk menukar DetikX bukan sebagai berita mengenai investigasi lagi, karena waktu yang diberikan untuk melakukan liputan investigasi sangat sedikit.
Keadaan balkon Detik saat itu tidak begitu ramai, hanya terdapat kelompok kami dan beberapa karyawan Detik saja yang sedang bersantai ataupun yang sedang sibuk dengan pekerjaan. Pemandangan dari atas balkon Detik lantai 9 cukup bagus, kami bisa melihat dengan jelas gedung-gedung tinggi atau gedung pencakar langit yang terdapat di beberapa titik. Kemudian pada saat akan melakukan sesi wawancara, pak Irwan pun mentraktir kami dengan memesan 6 jus dengan berbagai rasa. Terima kasih pak Irwan, sangat baik sekali hehe.
Bapak Irwan Nugroho yang kami temui di kantor DetikX pada pukul 2, tepatnya setelah jam makan siang, menjelaskan kenapa liputan ini diangkat sebagai liputan DetikX, yang juga merupakan alasan kenapa kelompok kami memilih kasus ini sebagai tugas investigasi multimedia.
Menurut Irwan, kasus ini merupakan sebuah fenomena baru di Indonesia. Dia sempat memikirkan alasan kenapa tranksaksi narkoba di Indonesia begitu besar. Dalam melakukan liputan berita investigasi tersebut, Detik menurunkan 2 orang reporter yang langsung terjun ke lapangan untuk mengungkap kasus tersebut.
Perencanaan liputan investigasi ini disusun dengan sedemikian rupa, melibatkan narasumber dari berbagai pihak dan informasi penting dari narasumber yang mungkin bisa dimintai keterangannya lagi di masa depan. Pak Irwan juga mengungkapkan sekaligus menceritakan kepada kelompok kami bagaimana dan apa saja kendala yang dihadapi oleh para reporter di lapangan saat melakukan liputan investigasi ini. Memang resikonya cukup besar apabila informasi yang didapatkan ini jatuh ke tangan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
Liputan ini merupakan kasus yang menarik menurut Irwan karena melibatkan dua kata kunci penting yaitu Bea Cukai dan penyelundupan. Dua kata yang memiliki pengaruh sangat besar jika diungkap kebenarannya. Menurut Irwan, informasi penting ini dapat sangat berpengaruh pada masyarakat Indonesia. Dalam melakukan liputan tersebut, Irwan dan kawan-kawan reporternya hanya menghabiskan waktu 2 minggu saja karena narasumber yang ingin dia mintai keterangan tidak begitu sulit untuk ditemui. Narasumber yang diwawancarai diantaranya adalah pihak dari BNN dan juga Kepolisian. Untuk liputan tersebut, Irwan menemui narasumber secara langsung. Irwan tidak menggunakan kamera tersembunyi atau melakukan penyamaran, karena tidak ada yang perlu untuk disamarkan. Setelah berita, data dan bukti yang didapatkan oleh Irwan melewati proses editing dan akhirnya dipublikasikan, Irwan menjelaskan bahwa tanggapan masyarakat terhadap berita tersebut cukup baik. Namun Irwan juga menegaskan bahwa di Indonesia berbeda dengan negara lain, berita yang diliputnya tidak digali terlalu dalam dan tidak bertahan lama, sehingga akan mudah saja untuk dilupakan dan muncul lah berita-berita baru yang kemudian dibahas juga.
Secara keseluruhan, Irwan menjelaskan pada kelompok kami kalau tidak ada hal-hal lain yang menyulitkan proses penyebaran berita tersebut. Tidak ada kendala dari pihak Bea Cukai, BNN maupun Kepolisian. Adanya liputan investigasi ini justru sangat bermanfaat bagi masyarakat karena satu kasus besar yang tidak banyak masyarakat ketahui sebelumnya telah terungkap.
Setelah melakukan sesi wawancara dengan pak Irwan, kita meminta untuk melakukan foto bersama sebagai bukti wawancara. Kemudian beliau pun menanyakan kepada kami “kalian mau wawancara sama Gres engga? Kebetulan dia lagi di dalam”. Seketika itu kami pun menyetujuinya karena kami ingin mengetahui informasi lebih banyak, dan informasi lain dari sudut pandang reporternya. 5 menit setelah pak Irwan masuk ke dalam ruang kerja-nya, Gresnia Arela pun keluar dari ruangan untuk menemui kami. Setelah kami semua berkenalan dengan mba Gres, beliau pun menanyakan pada kami “Ini temanya tentang apa ya? Sex doll bukan?”. Kemudian kami pun memberitahu bahwa kasus yang kami ambil adalah mengenai segitiga emas narkoba di Indonesia.
Pada saat itu mba Gres masih belum sadar tentang apa yang kita bicarakan, hingga salah satu anggota kelompok kami menunjukkan artikel segitiga emas narkoba tersebut pada dirinya. Mba Gres pun dengan spontan mengatakan “Oooh ini, aku pikir tentang sex doll. Soalnya investigasi itu baru aku liput baru-baru ini”.
Mba Gres selaku reporter dalam berita ini memiliki alasan mengapa ia mengambil topik narkoba ini sebagai topik investigasi detikx karena menurutnya narkoba mempunyai banyak pintu masuk di indonesia. Luas sekali area perairan dan daratan untuk menyelundupkan narkoba. BNN hanya berhasil menangkap sedikit dari banyaknya penyelundupan narkoba. Jaringan penyelundupan narkoba di indonesia luas dan menyebar. Satu orang bisa menjadi perwakilan untuk lebih dari satu jaringan penyelundupan. Jaringan-jaringan ini sangatlah tertutup dan beranak-pinak sehingga itu membuat Mba Gres dan tim semakin ingin mengangkat kasus ini ke permukaan. Tujuan dari investigaasi ini adalah untuk mengangkat jaringan-jaringan yang masih belum terungkap agar muncul ke permukaan.
Kendala yang dihadapi oleh mba gres saat melakukan investigasi bersifat teknis. Saat ingin melakukan wawancara dengan kepala BNN, harus menjalani prosedur tertentu seperti mengirim surat izin kepada staff yang bersangkutan. Menunggu balasan untuk surat izin juga membutuhkan waktu yang lama, terkadang waktu inipun tidak dapat ditentukan sehingga dapat memperlambat proses peliputan. Selain itu, harus sering menanyakan kapan persetujuan itu keluar. Terkadang juga harus melakukan diskusi kecil demi mendapatkan kontak si narasumber yang dituju. Untungnya BNN sendiri sudah memberikan sebagian supply data kepada tim investigasi. Untuk penulisan artikel, tim investigasi sudah meminta persetujuan agar penulisan dapat dipertanggung jawabkan. Apa yang sudah diucapkan ada yang on record dan off the record jadi bisa memberikan kutipan dan meminta persetujuan mana yang boleh di kutip atau tidak. Dari semua data yang berhasil diperoleh tim investigasi mba Gres, mereka membagi data menjadi beberapa bagian untuk dilihat angle mana. Dari kumpulan data tersebut dapat dinaikan menjadi beberapa judul berita dengan sudut pandang yang berbeda. Dan berlaku juga sebaliknya, ada tulisan yang merupakan hasil penggabungan dari beberapa data yang diperoleh dari reporter.
Setelah berita di publish ternyata berita ini berhasil mendapatkan respond yang baik dari masyarakat , para pembaca begitu antusias dan berita ini juga berguna untuk menambah wawasan bagi pembacanya. Bagi mereka, melakukan liputan investigasi berawal dari rasa keingin tahuan mereka terhadap suatu informasi atau masalah. Setelah masalah itu berhasil terungkap maka rasa penasaranpun terbayarkan, begitu juga dengan sipenulis yang menjadi semangat dalam menulis berita-berita investigasi. Dalam liputan investigasi selalu di setujui oleh pihak yang terlibat dan tidak menggunakan kamera tersembunyi namun apabila narasumber tidak mau di rekam saat sedang wawancara, mau tidak mau para wartawan tetap merekam pembicaraannya secara diam-diam dan sesuai kesepakan yang sudah dibicarakan. Hal ini dilakukan oleh para wartawan, demi mendapatkan informasi yang penting dari narasumber tersebut yang digunakan sebagai “pegangan” si reporter itu sendiri.
Setelah informasi yang menurut kelompok kami sudah terpenuhi, sama seperti Pak Irwan, Mba Gres melakukan sharing kepada kami. Dari mulai menceritakan liputan-liputan yang telah ia lakukan, kendalanya dalam mencari informasi, hingga liputan itu berhasil ia lakukan dan di publish di detikX. Dalam liputan investigasi lainnya yang pernah ia lakukan, iapun pernah melakukan penyamaran demi mendapatkan informasi dari narasumber, menggambarkan bagaimana cara mengakrabkan diri dengan narasumber hingga ia memperoleh informasi tanpa si narasumber menyadari bahwa ia sedang diwawancarai, memperbanyak jaringan narasumber yang bersangkutan dengan tulisan yang ingin ia buat, memperoleh informasi dengan merecord audio secara diam-diam.
Menurut kami, mba Gres juga seorang yang hangat dan rendah hati. Karena selain memberi kami informasi tentang berita ini, ia juga memberikan sharing season seperti yang dilakukan oleh Pak Irwan. Dan kamipun melakukan hal yang sama, meminta foto berasama dengan Mba Gres sebagai dokumentasi pendukung sekaligus sebagai kenang-kenangan bagi kelompok kami.



No comments:

Post a Comment