Spotlight (2015) adalah film yang bercerita mengenai
perjalanan tim investigasi jurnalistik dari Boston Globe, tim Spotlight. Tim
Spotlight yang berisikan 4 orang, editor Walter Robinson serta para reporter
Michael Rezendes, Matt Carroll dan Sacha Pfeiffer, diberikan tugas oleh
pemimpin redaksi baru mereka, Marty Baron, untuk melakukan investigasi
jurnalistik terhadap kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh pendeta
bernama John Geoghan terhadap 80 anak laki-laki. Tim Spotlight kemudian sadar
ini bukanlah sebuah kasus yang terisolasi. Mereka menemukan ini bukan hanya
perlakuan dari satu orang pendeta namun sudah menjadi sebuah norma dalam gereja
katolik dan dijalankan secara sistematis selama bertahun—tahun oleh berbagai
pendeta katolik. Film ini dibuat berdasarkan berita nyata.
Sebelum kita mulai membahas cerita film tersebut, mari
klarifikasi arti dari frase investigasi jurnalistik itu sendiri. Investigasi
jurnalistik adalah sebuah bentuk jurnalisme dimana para reporter melakukan sebuah
penyelidikan terhadap sebuah topik serius secara detail dan dengan jangka waktu
berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun menggunakan rencana yang matang dan
lengkap. Topik yang dipilih untuk melakukan invertigasi jurnalistik biasanya
merupakan sebuah kejahatan serius seperti kasus korupsi oleh anggota
pemerintahan atau kesalahan perusahaan yang ditutupi. Selain itu, topik yang
akan ditelusuri juga tidak harus merupakan topik yang baru atau hangat, namun
bisa juga menyelidiki hal yang tidak umum dibicarakan oleh khalayak umum seperti
tentang maraknya kaum LGBT atau tentang perdagangan manusia untuk mengedukasi
khalayak umum. Walaupun topik yang akan dibahas bisa merupakan topik tidak
umum, namun harus tetap jelas dan tim investigasi mempunyai alasan untuk
menjalankan investigasi. Tentu saja investigasi jurnalistik harus komprehensif
secara mendetail, akurat dengan fakta dan adil kepada semua pihak yang terkait.
Secara singkat, investigasi jurnalistik mengali informasi
tentang topik yang serius dalam jangka panjang secara mendalam, lalu hasil temuan
dari investigasi akan melewati proses verifikasi, didokumentasikan, diberikan
konteks latar belakang dan kemudian dipublikasikan untuk konsumsi khalayak umum.
Tim Spotlight adalah divisi khusus dalam Boston Globe yang
melakukan investigasi jurnalistik terhadap isu-isu yang mereka anggap penting
dan mereka mengerjakan investigasi mereka secara rahasia. Biasanya tim
Spotlight memilih sendiri topik yang akan mereka bahas, namun kali ini mereka
diperintahkan untuk menelusuri sebuah kasus oleh pemimpin redaksi mereka. Kasus
ini adalah mengenai pelecehan seksual oleh seorang pendeta katolik terhadap 80
anak laki-laki. Pada awalnya tim Spotlight tidak mau menerima kasus ini karena
mereka sedang mengerjakan kasus yang lain, tapi karena topik pelecehan seksual
oleh pendeta ini cocok dengan target audience mereka yaitu mempunyai lebih dari
50% penganut katolik, akhirnya tim Spotlight mengambil kasus ini.
Dalam proses menggali informasi, tim Spotlight menemui
berbagai masalah yang menghadang investigasi jurnalistik mereka.
Masalah-masalah tersebut diantaranya kesulitan dalam menemui dan mewawancarai
narasumber, serta mencari dan mengumpulkan dokumen penting yang disegel. Saat
Rezendes ingin menemui Garabedian, misalnya. Mitchell Garabedian adalah seorang
pengacara yang sangat sibuk sehingga sulit untuk ditemui.
Rezendes ingin menemui Garebedian karena dia adalah pengacara pendeta
di kasus tersebut. Walaupun begitu, Rezendes tetap bisa menemuinya karena ia tidak
membuang kesempatan dan mengambil inisiatif. Anggota tim Spotlight semuanya
bekerja sangat keras untuk mengumpulkan data untuk mengungkap kasus ini,
termasuk menghubungi korban-korban pelecehan seksual sebelumnya. Walaupun sulit
untuk melakukannya, para korban terdahulu pada akhirnya berani menceritakan
masa lalu mereka kepada tim Spotlight. Mereka menceritakan kejadian pelecehan
seksual yang terjadi secara detail, namun tim Spotlight berjanji akan menyensor
nama para korban. Selain itu, mereka memeriksa ulang semua arsip lama mengenai
perpindahan pendeta katolik yang mengakibatkan mereka menemukan dan memecahkan
kode yang digunakan oleh gereja katolik.
Saat melakukan investigasi, terjadi insiden 9/11 yang
mengakibatkan tim Spotlight untuk mengalihkan focus mereka dari kasus pelecehan
seksual. Namun setelah segala hal sudah menjadi lebih tenang, tim Spotlight
kembali menelusuri kasus dan mengungkapkan kode dan system yang digunakan oleh
gereja katolik selama bertahun-tahun untuk melakukan skandal pelecehan seksual
ini. Di dalam kota Boston sendiri terdapat 87 pendeta, sebuah angka yang
membuat mereka terkejut. Tim Spotlight kemudian mengungkap dan memverifikasi
semua 87 identitas pendeta katolik tersebut. Mereka juga berhasil mendapatkan
pengakuan dari berbagai pengacara yang digunakan oleh para pendeta katolik.
Setelah liputan divisi Spotlight dipublikasikan oleh koran Boston
Globe, ada sebuah dampak besar yang terjadi. Fenomena pelecehan seksual yang
dilakukan secara sistematis oleh gereja katolik terungkap pada khalayak umum
dan banyak korban pelecehan seksual yang sebelumnya sembunyi menjadi berani
untuk menceritakan kisah mereka pada tim Spotlight. Setelah itu tim Spotlight memberitakan
lebih dari 600 kisah tentang pelecehan seksual oleh gereja katolik sepanjang tahun
2002.
Penulis: Ariabagas Prabangkara Athallariq